Tuesday, March 22, 2011

RINI KEPONAKAN PEMBANTUKU

Posted by solusisehat | 7:55 AM | Bercinta dgn Pembantu, Rini RINI KEPONAKAN PEMBANTUKU YANG NAKAL
(Bagian 1)
Kisah ini kembali terulang ketika keluarga gw membutuhkan seorang pembantu lagi. Kebetulan saat itu mbak Dian menganjurkan agar keponakannya Rini yang bekerja disini, membantu keluarga ini. Mungkin menurut ortu gw dari pada susah susah cari kesana kesini, gak pa pa lah menerima tawaran Dian ini. Lagian dia juga sudah cukup lama berkerja pada keluarga ini. Mungkin malah menjadi pembantu kepercayaan keluarga kami ini.

Akhirnya ortu menyetujui atas penawaran ini dan mengijinkan keponakannya untuk datang ke Jakarta dan tinggal bersama dalam keluarga ini.

Didalam pikiran gw gak ada hal yang akan menarik perhatian gw kalau melihat keponakannya. “Paling paling anaknya hitam, gendut, trus jorok. Mendingan sama bibinya aja lebih enak kemutannya.” Pikir gw dalam hati.

Sebelum kedatangan keponakannya yang bernama Rini, hampir setiap malam kalau anggota keluarga gw sudah tidur lelap. Maka pelan pelan gw ke kamar belakang yang memang di sediakan keluarga untuk kamar tidur pembantu. Pelan pelan namun pasti gw buka pintu kamarnya, yang memang gw tahu mbak Dian gak pernah kunci pintu kamarnya semenjak kejadian itu. Ternyata mbak Dian tidur dengan kaki mengangkang seperti wanita yang ingin melahirkan. Bagaimanapun juga setiap gw liat selangkangannya yang di halus gak di tumbuhi sehelai rambutpun juga. Bentuknya gemuk montok, dengan sedikit daging kecil yang sering disebut klitoris sedikit mencuat antara belahan vagina yang montok mengiurkan kejantanan gw.

Perlahan lahan gw usap permukaan vagina mbak Dian yang montok itu, sekali kali gw sisipin jari tengah gw tepat ditengah vaginanya dan gw gesek gesekan hingga terkadang menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya menyadarkan mbak Dian dari tidurnya yang lelap. “mmmm....sssshh.....oooohh, Donn... kok gak bangun mbak sih. Padahal mbak dari tadi tungguin kamu, sampai mbak ketiduran.” Ucap mbak Dian sama gw setelah sadar bahwa vaginanya disodok sodok jari nakal gw. Tapi mbak Dian gak mau kalah, tanpa diminta mbak Dian tahu apa yang gw paling suka. Dengan sigap dia menurunkan celana pendek serta celana dalam gue hingga dengkul, karena kejantanan gw sudah mengeras dan menegang dari tadi. Mbak Dian langsung mengenggam batang kejantanan gw yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu.

Dijilat jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan gw, seakan memanjakan kejantanan gw yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang sebentar lagi ia rasakan. Tak sesenti pun kejantanan gw yang gak tersapu oleh lidahnya yang mahir itu. Dikemut kemut kantong pelir gw dengan gemasnya yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi “plok.. plok”. Mbak Dian pun gak sungkan sungkan menjilat lubang dubur gw. Kenikmatan yang mbak Dian berikan sangat diluar perkiraan gw malam itu. “Mbak....uuuh, enak banget mbak. Trus mbak nikmatin kont*l saya mbak.” Guyam gw yang udah dilanda kenikmatan yang sekarang menjalar. Semakin ganas mbak Dian menghisap kont*l gw yang masuk keluar mulutnya, ke kanan kiri sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan yang terasa sangat gak bisa gw ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal unjung kont*l gw terasa ingin keluar. “Mbak... Donny mau keluar nih...” sambil gw tahan kont*l gw didalam mulutnya, akhirnya gw muncratin semua sperma didalam mulut mungil mbak Dian yang berbibir tipis itu.

“Croot... croot... Ohhh... nikmat banget mbak mulut mbak ini, gak kalah sama mem*k mbak Dian.

Namun kali ini mbak Dian tanpa ada penolakan, menerima muncratan sperma gw didalam mulutnya. Menelan habis sperma yang ada didalam mulutnya hingga tak tersisa. Membersihkan sisa sperma yang meleleh dari lubang kencing gw. Tak tersisa setetespun sperma yang menempel di batang kont*l gw. Bagaikan wanita yang kehausan di tengah padang gurun sahara, mbak Dian menyapu seluruh batang kont*l gw yang teralirkan sperma yang sempat meleleh keluar dari lubang kencing gw. Lalu dengan lemas aku menindih tubuhnya dan berguling ke sisinya. Merebahkan tubuh gw yang sudah lunglai itu dalam kenikmatan yang baru tadi gue rasakan.

“Donn... mem*k mbak blom dapet jatah... mbak masih pengen nih, nikmatin sodokan punya kamu yang berurat panjang besar membengkak itu menyanggah di dalam mem*k mbak....” pinta mbak Dian sambil memelas. Mengharapkan agar gw mau memberikannya kenikmatan yang pernah ia rasakan sebelumnya.

“Tenang aja mbak... mbak pasti dapat kenikmatan yang lebih dari pada sebelumnya, karena punya saya lagi lemes, jadi sekarang mbak isep lagi. Terserak mbak pokoknya bikin adik saya yang perkasa ini bangun kembali. Oke.”

Tanpa kembali menjawab perintah gw. Dengan cekatan layaknya budak seks. Mbak Dian menambil posisi kepalanya tepat di atas kont*l gw, kembali mbak Dian menghisap hisap. Berharap keperkasaan gw bangun kembali. Segala upaya ia lakukan, tak luput juga rambut halus yang tumbuh mengelilingi batang kont*l gw itu dia hisap hingga basah lembab oleh air ludahnya.

Memang gw akuin kemahiran pembantu gw yang satu ini hebat sekali dalam memanjakan kont*l gw didalam mulutnya yang seksi ini. Alhasil kejantanan gw kembali mencuat dan mengeras untuk siap bertempur kembali. Lalu gw juga gak mau lama lama seperti ini. Gw juga mau merasakan kembali kont*l gw ini menerobos masuk ke dalam mem*knya yang montok gemuk itu. Mengaduk ngaduk isi mem*knya. Gw memberi aba aba untuk memulai ke tahap yang mbak Dian paling suka. Dengan posisi women on top, mbak Dian mengenggam batang kont*l gue. Menuntun menyentuh mem*knya yang dari setadi sudah basah. kont*l gw di gesek gesek terlebih dahulu di bibir permukaan mem*knya.

Menyentuh, mengesek dan membelah bibir mem*knya yang mengemaskan. Perlahan kont*l gw menerobos bibir mem*knya yang montok itu. Perlahan lahan kont*l gw seluruhnya terbenam didalam liang kenikmatannya. Goyangan pinggulnya mbak dian membuat gw nikmat banget. Semakin lama semakin membara pinggul yang dihiasi bongkahan pantat semok itu bergoyang mempermainkan kont*l gw yang terbenam didalam mem*knya.......

READ MORE - RINI KEPONAKAN PEMBANTUKU

Monday, March 21, 2011

Naughty Schoolgirl


Nobody warned me that at Circle Logistics, you just don?t dress up for Halloween. Seriously. I was expecting to stand out a little in my plaid schoolgirl skirt and tiny white top, but as soon as I walked in I realized I was the only person who was even acknowledging the holiday. The entire office staff looked up from their desks to stare at me. My heart sank and I steeled myself for one hell of a day.

Walking past the rows and rows of grey cubicles, my platforms made an excruciatingly loud click-click on the linoleum. The people in the cubicles were all wearing their normal white button-ups and slacks with sensible, non-clicky shoes; their expressions ranged from amused to disgusted.

The new CEO of Circle Logistics wanted a young, hip advertising executive who could bring a fresh perspective to their otherwise uninteresting company, so he hired me. I was used to working for trendy graphic arts companies or freelancing for indie bands, but hell, Circle Logistics paid pretty well and at 25, I was anxious to pay off my substantial college loans.


Your Ad Here

Jake McDonald seemed to enjoy the irreverence of my ad campaigns but I was never sure whether or not he actually liked me. We occasionally exchanged flirty IMs but he always pulled back as soon as I got too sassy. At meetings, I wasn?t afraid to challenge him and always gave my advertising reports with a healthy dose of wit that made my coworkers slightly uncomfortable. I knew the office was a bit suspicious about our relationship. Sadly, they had nothing to be suspicious about. He?d been kind but professional, even when we were alone together.

I had a huge crush on him. He had that young-powerful-executive thing going on. He was just shy of 35, with a slim build, dark brown hair and black-rimmed emo glasses. His eyes were an interesting shade of light green, standing out from his pale, nearly translucent skin. He wore black most of the time?black button-up shirt, black slacks, shiny black tie. Jake was always clean-shaven and had a metrosexual, chic vibe. Oh, and he wore the most amazing cologne I?d ever smelled. As far as I could tell he was single. He worked late nearly every day, chained to his desk slaving away at budgets or spreadsheets or whatever CEOs do. His glass-walled office was in the center of all of the cubicles so he couldn?t miss the fact that I?d covered my cubicle walls with bright blue-and-yellow fabric or the way my trendy outfits drew stares from the identical drones working around me. Honestly, my cute Halloween costume was intended to test him out, see if he might actually have the hots for me like I did for him.

As I turned the corner and entered his line of vision, Jake glanced up and took in all of it?my short skirt, my exposed tummy, high heels, pigtails? I looked straight at him, smiling confidently, daring him to call me into his office and chastise me for actually having a bit of fun on Halloween. The rest of the office was looking, too, probably hoping he?d fire me on the spot. He just nodded at me and looked back to his computer screen, fighting to control a smile spreading over his face.

When I got to my desk, an instant message popped up. I knew it. I just knew it. This was too easy.

JMcDonald: I see you enjoy celebrating Halloween.

WickedCoolAnna: it?s my duty as in-house creative whirlwind to bring a bit of holiday spirit into the office.

JMcDonald: You could have carved a pumpkin.

WickedCoolAnna: in the office? messy. a costume is more exciting and doesn?t interrupt the all-important Business of Logistical? Logistics.

JMcDonald: I would disagree. I for one am finding it very difficult to continue the Business of Logistical Logistics.

He has a sense of humor! Excellent.

WickedCoolAnna: why is that, mr. mcdonald?

JMcDonald: Your skirt is quite short. Quite, quite short. And your top is completely unacceptable as office wear.

WickedCoolAnna: perhaps I should remove it.

JMcDonald: Perhaps you should.

WickedCoolAnna: i am radically offended at the suggestion that i should take off my shirt.

JMcDonald: And the skirt as well, I?m afraid.

WickedCoolAnna: skirt as well?!!! then, yes, i am radically, radically offended. especially as my underwear is also quite inappropriate.

JMcDonald: An examination might be in order.

WickedCoolAnna: i could just describe it for you. no examination required.

JMcDonald: Examination referred to your performance, not your thong.

WickedCoolAnna: objection: never mentioned it was a thong

JMcDonald: I?ve observed your tendency to allow a thong strap to peer out over the top of your ever-shorter skirts. Therefore, I find it safe to assume that your "inappropriate" underwear might be in the thong family.

WickedCoolAnna: you do keep close tabs on my performance.

Long pause. My IM window told me JMcDonald was typing, then stopping, then typing again, then stopping. He seemed to be unsure of whether to send whatever he was writing. Finally it came through.

JMcDonald: I would like to keep closer tabs on your performance.

Was that a totally awkward way of hitting on me? Might as well move in for the kill.

WickedCoolAnna: well i would be available for a private meeting later????

I held my breath and looked up. Jake was looking at me, too, and our eyes met. Was that too fast? Shit. I should have played that better. I could tell he was wavering. I didn?t know whether he was struggling with the whole employer-employee ethical thing or whether he was trying to figure out a nice way to tell me he wasn?t interested.

WickedCoolAnna: sorry.

WickedCoolAnna: am i fired?

JMcDonald: No.

JMcDonald: Stay after work.

YES! I restrained myself from doing a happy dance and sent back a smiley. The rest of the day dragged by? I didn?t know what Jake wanted from me, but I know what I was hoping for. All of that sexual tension had been killing me and I was dying to see what Jake really thought of me. Maybe he was going to ask me out on a date; maybe he?d just tell me to back off. Or maybe he?d do me on his desk. Who knows.

After a day filled with snide comments and all-out drooling from my male coworkers, six o?clock rolled around and the rest of the office workers gradually filtered out. It wasn?t uncommon for me to stay at my desk late to finish a project or meet a deadline. I did catch a few suspicious looks from the last stragglers, who looked darkly from Jake to me and shook their heads. They could think what they wanted. Honestly, I hoped whatever sick, twisted and totally imaginary situations they were envisioning were about to come true.

Everybody left by 6:45 but I stayed at my desk, pretending to work on the company?s new print campaign. Sketching idly, I tossed a failed design into the trash can next to my desk and glanced up innocently? Jake was watching me. At 6:50, his voice came over the central loudspeaker, startlingly loud in the empty office.

"Anna Stevens, please come to Jake?s office. Anna Stevens."

I looked up and Jake was grinning at me like a little kid, amused by his own joke. I laughed. Standing, I adjusted my skirt and top, letting Jake see me smoothing the plaid pleats and running my hands over the knot of my white top.

I opened the door to his office and stepped inside. "Hi. You called?"

"Yeah. I guess the loudspeaker may have been unnecessary. Are you ready for our meeting?" He got up from behind his desk and walked to the center of the roomy office. Even in the harsh florescent light, he looked gorgeous. He was wearing all black as usual and the subtle, spicy heat of his cologne washed over me as he approached.

I felt a little flutter in my stomach and covered it by saying flippantly, "I?m not sure what we?re meeting for. Is it to chastise me for actually having fun on Halloween, or do you seriously want to talk about my performance?"

He stepped even closer. "Actually, I was? um?"

"What?"

"I was hoping to kiss you. Can I, um? Can I?"

Was he blushing? That?s totally adorable. "I wondered when you?d ask me that." He was standing right in front of me.

"Yes?"

"Yes." He put a hand on my shoulder and used the other one to cradle my chin, bringing his lips to mine. Jake?s mouth was soft and cool against my full lips. His tongue slipped through my lips and bumped into mine, pulsing against it gently. We slowly moved our bodies together and his hands ran over my back, pulling me in as our kiss deepened and became more urgent. Mouths open, tongues kneading, we kissed each other hard. I inhaled his smell and pressed my hips into his, surprising both of us. Jake raised his hands to my long brown hair. His fingers twined at the nape of my neck. Still kissing me, he maneuvered me in a half-circle and started backing me up toward his desk.

When I felt the desk behind me I pulled back from the kiss. "Are you sure this is okay? Anyone could walk in?" I looked around at the glass-walled office with a 360-degree view of the empty building. I was already pretty damned turned-on but I didn?t want to get Jake into something he?d regret. In response, he took my arm and moved me off the desk. My heart sank and I immediately regretted saying anything? Until, with one wide movement, Jake swept papers, staplers, folders and binders off of his desk, leaving it empty except for his laptop. I raised an eyebrow. "Impressive."

"I?ve always wanted to do that. Didn?t think it would be smart to drop my laptop, though." He shut it and moved it carefully to his chair, then whirled around and took my hips in his hand. We returned to kissing ardently as I backed myself up to his huge, now bare desk.

Hopping up on the desk, I scooted myself backward and pulled him down on top of me. He tensed up for a brief moment, surprised at my fast transition from pure kissing to a horizontal position. Now that he was on top of me, I felt the bulge of his dick pressing against my skirt. He was already hard and I moved my legs apart slightly as I kissed him, enjoying the heat of his body against mine.

Jake got over his surprise quickly. He ran a hand down my neck to my chest, squeezing the side of my breast through the thin white fabric, then taking my left arm by the elbow and raising it slowly above my head, keeping his hand on my wrist. I wriggled with pleasure and, encouraged, he used his other hand to raise my right arm as well, holding both of my wrists firmly with his right hand as we made out. Our breathing became more rapid and I thrust my breasts up toward him, enhancing my tantalizingly vulnerable position.

Jake kept my arms above my head and started moving his left hand across my body, raking his fingers over my exposed midriff and down to the pleats of my skirt. Hit by a wave of lust, I turned my head to the side and Jake attacked my neck, nipping and kissing across my jawline as his hand moved around the front of my thigh, tickling it gently. He pushed my skirt up and stroked the front of my white lace g-string. Moving his hand to cup my breasts, he ground his hips against mine and deftly untied my shirt. His mouth found mine as he opened the white fabric, exposing my sexy satin bra.

The schoolgirl skirt had climbed up around my belly button and Jake?s belt dug into the sensitive skin at the top of my g-string. He felt me trying to angle away from him and pulled away enough to unbuckle his belt. He also undid the buttons of his black slacks and slipped them down. Now only my lace g-string and his smooth briefs separated us. Keeping my arms above my head, he unbuttoned his shirt and pressed his smooth, warm chest to mine as our mouths melded hungrily. I spread my legs and wrapped them around his hips tightly. Jake kissed down my neck to my chest and grabbed the bra?s elastic top in his teeth, pulling it down to expose my hard and aching nipples. His lips curled around each breast in turn, sucking, licking and biting gently as I gasped at the changing sensations.

"Jake, I want you to do me," I urged, lust rising as I felt his hardness just above my g-string. Without speaking or ceasing his assault on my nipples, he eased his briefs down and I felt his cock spring out fully erect and slap against my crotch. Jake hooked a finger under the back of my g-string and pulled; the elastic dragged against my skin as I lifted my hips, letting Jake pull the panties down far enough for me to shimmy them all the way off. He did the same with his pants and briefs, leaving us naked except for open shirts and the bra Jake had yanked down past my breasts.

Looking into Jake?s eyes, I felt his cock move across my opening, back and forth in a gentle motion. I knew he was coating his dick in the wetness of my arousal, preparing to fuck me like I?d been dreaming he would for months. I spread my knees wide and pushed myself forward, encouraging him to enter me, burning with passion and leaning up to kiss his lips. He stared at me and smiled slightly. His cock pressed at little way into me; I felt how thick he was. The word "please" shaped on my lips as I looked at him pleadingly, needing to feel the length of his cock.

He entered me inch by excruciating inch. His eyes never left mine. I moaned and tried to free my hands but he held them fast as he tortured me with a slow descent.

Jake?s dick connected with each nerve ending in my pussy in turn, making its way up my wet and throbbing passage. I felt the head of his cock scrap against my walls. Finally, he couldn?t take it anymore and pushed himself all the way into me, hitting the back of my wall and making me cry out in pain. He paused, making sure I was all right, before slowly beginning to thrust in and out of me. He closed his eyes as he fucked me slowly. I saw him enjoying the way my tight, smooth pussy held onto his huge cock, clasping it in a firm embrace. He pulled himself nearly all of the way out of me with every stroke. Pausing a bit at the top, he would thrust smoothly until he buried himself and his pelvic bone ground against my tingling clit.

His dick moved over my g-spot with every stroke and pleasure began washing over me in regular waves. The slow fuck was exactly what I needed to cum like a freight train. I felt it building inside me and whispered, "Yes, Jake? That?s it. Just like that." He slid in and out of me with delicious rhythm and my body became incredibly hot. A warm buzz washed through me and I felt myself clutch wildly at his cock as my orgasm went over the edge. Responding, he quickened his pace and groaned as my tightening pussy massaged his dick. I moaned as I came, my juices coating him as we moved in perfect rhythm.

As my orgasm wound down, Jake put his feet on the ground and picked me up, keeping his cock firmly inside of me. I cried out as he swung me around, spearing me as for a brief moment I sat suspended on his dick. Then my knees found the desk and I was riding him, instantly shifting from controlled to dominant. I leaned back and closed my eyes as I took in the pleasure of the new position. His arms wrapped around and squeezed my ass. I pulled my knees close to his hips to increase my grip on his dick as I alternated between bouncing up and down and dragging my hips in circles, constantly changing angles and tactics so he was bombarded with sensations. He groaned my name softly. I took it as my cue to increase my speed and bounce up and down on his throbbing dick, forcing him deep into me with every push. I leaned forward so my clit connected with his skin every time I fucked him. As I felt him nearing orgasm my pleasure grew and I knew if I concentrated, I would come a second time. I focused on the feeling of his cock pumping in and out of me. I felt every inch of him thrusting deep into my pussy and concentrated on the shooting waves of ecstasy moving through me every time my clit pushed against him.

Losing control, Jake began lifting me and slamming me onto his cock as he thrust upward. I surrendered to my second orgasm just as his dick tightened and loosed its load with warm, wet passion, filling me as my pussy muscles clenched around him. We came hard. I rode him until we both collapsed, spent, exhausted and shaking with the force of our orgasms.

His cock still inside of me, I let my heart rate slow as I smiled at Jake. He grinned back. He looked unbelievably hot, shirt open, pants off, sitting on his bare desk surrounded by an ocean of papers and spilled folders. Especially from my vantage point, sitting on his spent cock with my shirt open and my underwear somewhere on the floor. I knew as I looked at him that this wouldn?t be the last time we?d have sex on that desk.

Minutes later, fully clothed and somewhat cleaned up, Jake and I walked out of his office. I stopped by my cubicle to grab my purse and caught my breath. My trash basket was empty. That meant--

"Jake, the janitor was in the office while? Yeah. He must have, um, seen."

Jake was standing in front of my computer. Wordlessly, he reached out and peeled a Post-It off of my monitor. On it was a crooked smiley face and the words Happy Halloween, Jake and Anna.

I cringed. "Oops." Jake was laughing silently. He took my shoulders and kissed me.

"I don?t think we have anything to worry about. Todd?s a buddy of mine. I?m sure he was just glad I finally made my move with you." Pleased, I kissed him back and picked up my portfolio before heading out the door.

Circle Logistics was suddenly a lot more interesting. "Happy Halloween, Jake," I said as we parted ways on the sidewalk.


Your Ad Here

He smiled in return. "I was right about the thong."

"It was a g-string, actually."

"There?s a difference?"

"Of course there's a difference."

"Really. I?m not sure I?m clear on that concept? Maybe we need another meeting tomorrow?"

"Absolutely."

"Excellent."

I love my job.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

READ MORE - Naughty Schoolgirl

Istri Majikan

Ceritanya, hanya persoalan sepele yaitu orang tuaku menghendaki agar aku tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi aku tetap ngotot untuk mendaftar pada salah satu perguruan tinggi di Makassar. Karena tidak didukung orang tua, aku terpaksa meminjam uang dari tetangga sebesar Rp.10.000,- buat ongkos mobil ke Makassar dan sisanya buat jajan. Karena aku tidak punya kenalan di Kota Makassar, maka aku terpaksa bermalam di terminal bus sambil mencari kenalan agar aku bisa mendapatkan kerja secepatnya. Kerja apa saja asal halal.

Malam itu aku diantar ke salah satu rumah besar yang beralamat di Jl. SA.Aku gemetaran dan nampak kampungan ketika memasuki rumah yang serba mewah itu. Kalau tidak salah, ada 7 buah mobil truk dan dua mobil sedang serta 3 mobil kijang pick up di parkir di depannya. Seorang pembantu laki-laki setengah baya mempersilahkanku masuk duduk di ruang tamu. Tidak lama kemudian seorang gadis entah pembantu atau keluarga si pengusaha itu sedang membawa 3 cangkir kopi beserta kue kering. Kue seperti itu rasanya seringkali saya makan di kampungku.


Setelah kami duduk kurang lebih 2 menit di ruang tamu, tiba-tiba:
"Iyana eddi muaseng elo makkulliah na de' gaga ongkosona?(Ini orangnya yang kamu maksud mau kuliah tapi tidak punya biaya?)" tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamarnya dengan perawakan tinggi besar, perut gendut dengan warna kulit agak hitam. Ia gunakan bahasa Bugis mirip bahasa yang sehari-hari kugunakan di kampungku.


"Iye' puang. Iyana eddi utihirakki (Yah betul. Inilah orangnya yang saya antar)" jawab si sopir yang mengantarku itu. Selama di rumah itu, kami bercakap dengan memakai bahasa daerah Bugis. Namun, untuk memudahkan dan memperjelas kisahku ini, sebaiknya kugunakan bahasa Indonesia saja tanpa mengurangi makna percakapan kami, apalagi bahasa percakapan kami adalah campuran bahasa Indonesia dan Bugis.


"Oh yah, masuk saja dulu makan nak, siapa tahu temanmu itu belum makan malam" katanya pada si sopir itu sambil mempersilahkan kami masuk ke ruang dapur.


"Ayo Nis, kita sama-sama makan dulu baru ngobrol lagi" ajakan si sopir itu seolah ia sudah terbiasa di rumah itu.


"Yah..terima kasih pa'. Rasanya aku masih kenyang" kataku pura-pura kenyang meskipun sebenarnya aku sangat lapar karena belum makan malam.


"Ayolah...masuklah...jangan malu-malu. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini.


Biar sedikit saja di makan" kata sopir bersama dengan si pemilik rumah itu sambil ia berdiri menuntunku masuk ke ruang makan. Ternyata di atas meja telah tersedia makanan lengkap seolah meja itu tidak pernah kosong dari makanan.


Setelah kami duduk di depan meja makan, aku menoleh kiri kanan dalam ruanga itu dan sempat kulihat 3 orang perempuan di rumah itu. Seorang di antaranya sedang cuci piring. Ia sudah cukup tua, yang jika ditaksir usianya sekitar 50 tahun ke atas. Sedang yang satunya lagi sedang berbaring di atas salah satu tempat tidur sambil membaca koran. Bila ditaksir usianya antara 30 sampai 40 tahun. Namun seorang wanita lagi sedang asyik nonton TV sambil bersandar pada rosban tempat wanita berbaring sambil baca koran tadi. Ia nampak masih muda. Jika ditaksir usianya sekitar 17 sampai 25 tahun. Nampaknya ia masih gadis.


Selama kami menyantap makanan di atas meja itu, kami tidak pernah bicara sama sekali. Namun aku merasa diperhatikan sejak tadi oleh wanita setenga baya yang sedang baca koran itu. Ia sesekali mengintip aku sambil memegang korannya. Lebih aneh lagi, setiap kami beradu pandangan, wanita itu melempar senyum manis. Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya, tapi aku tetap membalas dengan senyuman tanpa diperhatikan oleh si sopir teman makanku itu. Kalau bukan karena si sopir itu berhenti duluan makan, aku tidak bakal berhenti makan dan aku semakin betah duduk berlama-lama di kursi makan itu berkat lemparan senyum si wanita setengah baya itu.


Setelah kami duduk kembali bersama dengan si sopir itu di ruang tamu,laki-laki berperawakan besar tadi kembali duduk di depanku dan berkata "Kamu dari daerah mana dan dimana orang tuamu nak?" tanyalaki-laki itu


"Dari Bone pa'. Orang tuaku tinggal di kampung" jawabku.


"Kamu tinggal di Kota Bone atau desanya?" tanyanya lagi serius.


"Di kampung jauh dari kota pa'" jawabku lagi.


"Saya sudah dengar permasalahanmu dari sopir ini. Kalau kamu mau tinggal sama kami, aku siap membiayai kuliahmu jika kamu lulus nanti"


"Terima kasih banyak pa' atas budi baik bapak. Aku bersyukur sekali bisa bertemu dengan bapak" kataku dengan penuh kesopanan.


"Kebetulan sekali kami juga asli Bugis tapi Bugis Sinjai. Bahkan istri pertamaku tinggal di Kota Sinjai" lanjutnya terus terang.


"Yah kalau begitu, aku sangat beruntung pergi ke Makassar ini" kataku.


Setelah kurang lebih 3 jam kami ngobrol, laki-laki itu menyuruh kami masuk ke salah satu kamar depan untuk istirahat. Tapi si Sopir temanku itu malah minta pamit dengan alasan pagi-pagi mau cari penumpang. Aku mengerti dan laki-laki tadi yang belakangan kuketahui kalau ia adalah majikanku dan kepala rumah tangga dalam keluarga itu, mengizinkan si sopir adi pulang ke terminal. Sebelum majikanku itu berangkat untuk mengurus usahanya pada esok harinya, sambil menyantap hidangan pagi bersama istrinya yang kemarin kulihat baca koran dan anak satu-satunya di rumah itu yang kemarin nonton TV di ruang makan, ia memperkenalkan seluruh anggota keluarga dan pembantunya di rumah itu, termasuk sopirnya. Setelah itu ia tunjukkan kamar tidurku dan jelaskan kerjaku sehari-hari di rumah itu. Aku diminta menjaga rumah dan membantu istri keduanya ketika ia sedang pergi ke luar kota mengurus perusahaannya.


Aku senang sekali mendengar pekerjaan yang dibebankan padaku, apalagi membantu istrinya yang kuyakini cukup ramah dan bijaksana. Sejak hari pertama aku sudah cukup akrab dengan anggota keluarga di rumah itu dan aku mengerjakan seluruh pekerjaan di rumah itu, termasuk mencuci, memasak dan menyapu sebagaimana layaknya keluarga atau pembantu umum di rumah itu.


Sikap kami berjalan biasa-biasa saja tanpa ada keanehan hingga hari kedua belas. Namun pada hari ketiga belas, pikiranku mulai terganggu ketika majikan laki-lakiku menyampaikan bahwa ia akan pergi ke Sinjai untuk membeli gabah dan beras untuk beberapa hari. Aku yakin kalau pergaulanku dengan istri keduanya itu bisa tambah dekat, sebab akhir-akhir ini istrinya itu sering minta aku membersihkan tempat tidurnya dan berpakaian yang sedikit kurang sopan di depanku saat suaminya keluar rumah. Aku justru sangat gembira mendengarnya.


Setelah majikan laki-lakiku itu berangkat bersama sopir pribadinya sekitar pukul 9.00 pagi, aku kembali melaksanakan tugas hari-hariku seperti hari-hari sebelumnya yakni mencuci pakaian, piring dan menyapu tempat tidur majikanku. Pembantu rumah itu sedang menyapu di halaman belakang, sementara anak gadis satu-satunya itu sedang ke sekolah.


"Nis, bisa ngga kamu membantu aku seperti suamiku membantuku setiap malam?" tanya istri keduanya itu ketika aku sedang membersihkan tempat tidurnya. Aku sangat kaget dan bingung atas permintaannya itu.


Aku tidak segera menjawab karena aku tidak tahu maksudnya dengan jelas.


"Membantu bagaimana yang ibu maksud?" tanyaku penuh ketakutan.


"Memijit kepala dan punggungku sebelum aku tidur, karena mataku tak bisa tertidur sebelum dipijit" katanya sambil sedikit senyum.


"Kalau soal pijit memijit, kurasa sangat mudah bu'. Aku bisa, tapi..tapiii aaapa bapak tidak marah nanti kalai ia tahu bu?" tanyaku terbata-bata kalau-kalau ia hanya memancingku.


"Ngga bakal marah kok. Kan kamu sudah jadi kepercayaannya. Lagi pula kamu diberi tugas menjaga aku selama ia belum pulang" katanya lagi.


Setelah kusetujui permintaannya, ia lalu keluar dan duduk baca koran di ruang tamu, sedang aku ke halan depan untuk menyapu, lalu istirahat di kamar tidurku. Setelah makan malam, aku bersama pembantu nonton TV di ruang makan, sedang ibu majikanku dan anak gadisnya nonton TV di kamarnya masing-masing. Setelah siaran berita yang kami tonton habis, pembantu itu pergi tidur di kamarnya yang berdekatan dengan ruang dapur.


Sedangkan anak gadis majikanku masih terlihat belajar di kamarnya dengan pintu kamar yang terbuka lebar. Aku kembali teringat dengan perintah ibu majikanku tadi pagi. Aku bertanya-tanya dalam hati kapan perintah itu harus kulaksanakan, karena ibu tidak menjelaskan jam berapa dan di mana. Di ruang makan, atau ruang tamu ata di kamar tidurnya. Aku tunggu saja perintahnya lebih lanjut.


Setelah terdengar pintu kamar anak gadis majikanku itu tertutup dan terkunci rapat sebagai tanda ia sudah mau tidur, maka terdengar pula pintu kamar majikanku terbuka pertanda ia mau keluar dari kamarnya. Aku pura-pura tidak memperhatikannya. Namun tiba-tiba ibu majikanku
itu duduk tidak jauh di sampingku sambil nonton TV bersamaku.


"Nis,, sudah lupa yach permintaanku tadi pagi?" tanyanya setengah berbisik yang membuat aku kaget dan gemetar.


"Ti..tiiidak bu'. Mmmaaaaf bu', aku hampir lupa" jawabku ketakutan.


"Kalau begitu ayolah. Tunggu apa lagi. Khan sudah larut malam"ajaknya


"Ta..tapi di mana bu'?" tanyaku singkat.


"Tentu di kamarku donk. Tidak mungkin di sini atau di kamarmu" jawabnya


Aku sebenarnya sangat takut kalau ada orang lain yang mencurigai aku. Tapi karena ini adalah perintah majikan, lagi pula semua orang di rumah itu pada tidur, maka apapun resikonya aku harus jalankan. Ibu majikanku berjalan dengan pelan seolah takut pula diketahui orang lain dan ia menuju kamar tidurnya, sementara aku ikut di belakangnya dengan pelan dan hati-hati pula. Setelah masuk kamar, ia lalu menutup dan mengunci pintunya dengan rapat. Lalu ia membuka daster yang dipakainya dan terus telungkup tanpa memakai baju, melainkan hanya BH dan celana tipis yang agak pendek di badannya.


"Ayo Nis, silahkan dipijit kepala dan leherku bagian belakang lalu punggungku" pintanya seolah tak sabar menunggu lagi. Aku segera duduk di pinggir tempat tidurnya, lalu secara pelan dan hati-hati menyentuh kepalanya bagian belakang, terus turun ke leher belakangnya.


Setelah aku mencoba menekan dan mengeraskan sedikit pijitanku, ibu majikanku itu tiba-tiba bersuara dengan nada sedikit agak tinggi:


"Wah..kenapa tidak pakai minyak gosok Nis. Ambil di kolom rosban?"


"Yah..yah..maaf bu'. Aku tidak melihatnya tadi" kataku dengan suara agak tinggi pula.


"Jangan terlalu besar suaranya Nis, nanti kedengaran orang" kata ibu.


Setelah ibu majikanku melarangku bersuara agak keras, ia lalu berbisik "Punggungku juga Nis, biar aku bisa tidur nyenyak". Menyentuh kepala dan rambut serta lehernya saja, aku sudah cukup terangsang dibuatnya. Apalagi memijit kulit punggugnya yang setengah telanjang itu. Tapi karena itu adalah perintah majikan, maka aku segera laksanakan.


Ketika aku menurunkan kedua tanganku dan menggosok-gosok punggungnya,terasa hangat sekali. Kulit tubuhnya sangat putih dan halus. Sesekali aku meletakkan tanganku di bawah ketiaknya dan di pinggir BH warna abu-abu yang dikenakannya. Kedua tanganku semakin lengket dan lambat gerakannya ketika ujung jariku sedikit menyelusup di balik pengikat BH dan
pinggir atas celananya. Bahkan sempat tanganku tidak bergerak sejenak ketika konsentrasiku mulai mengarah ke balik pakaiannya itu.


"Nis, kenapa diam. Ada apa, sehingga kamu tidak menggerakkan tanganmu itu?" tanyanya sambil bergerak dan sedikit berbalik, sehingga aku sempat melihat sebahagian daging empuk yang ada di balik BH-nya itu.


"Ti..tidak apa-apa bu'. Hanya takut?" jawabku dengan nafas terputus.


"Takut sama siapa?. Khan tidak ada orang lain di sini, capek yaah?"


Setelah berkata begitu, ibu majikanku tiba-tiba berbalik arah sehingga ia terlentang di depanku. Terpaksa kedua tanganku menyentuh tonjolan BH-nya tanpa sengaja. Ia hanya sedikit tersenyum dan berkata:


"Tidak keberatan khan jika kamu juga mengurut perutku, biar tubuhku lebih segar lagi. Ayolah Nis..." katanya sambil meraih kedua tanganku dan meletakkannya di atas pusarnya.


Jantungku terasa hampir copot ketika ibu majikanku itu mengangkat BH-nya sehingga bukit kembarnya nampak jelas menantang di bawah kedua batang hidungku. Aku tak mampu bersuara dan mengatur nafas, bahkan aku sedikit malu menatapnya, tapi:


"Jangan takut dan malu Nis. Ini adalah rezkimu, kesempatanmu dan kamu pasti menginginkannya" katanya ketika aku mulai agak menghindar.


"Bbba..bagaimana ini bu'. Kek..kenapa bisa bbbbegggini?" tanyaku penuh ketakutan dan nafasku sulit lagi kuatur.


>> Bersamsbung.........

READ MORE - Istri Majikan

Sunday, March 20, 2011

Bercinta dgn Guruku



Pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, aku memang berasal dari keturunan yang sangat disiplin dalam segala sesuatu. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara dan semuanya perempuan, namun kata orang sih aku yang paling cantik dan menurut orang-orang wajahku agak mirip Desy Ratnasari. Papa dan Mama cenderung orangnya keras dalam mendidik anak-anaknya bahkan boleh dibilang Papa itu orangnya tidak pernah menunjukkan pujian kepada anak-anaknya, jadi alhasil sampai saat ini aku tidak pernah merasakan belaian kasih sayang seorang ayah layaknya.

Saking kerasnya didikan orang tua kami, mereka menyekolahkan semua anaknya di sekolah favorit termasuk aku dan tidak mengijinkan anak-anaknya untuk pacaran sebelum lulus SMA dan waktu itu aku terpaksa menurut walaupun dalam hati kecilku aku berontak karena di sekolah banyak sekali cowok keren yang cukup menarik perhatianku dan cukup banyak pula cowok yang mendekatiku lantaran wajahku yang lumayan. Namun semuanya terpaksa aku tolak dan hasratkupun aku pendam dalam-dalam demi menyenangkan kedua orang tuaku.

Terus terang saat aku sendiri aku sering membayangkan bisa merasakan nikmatnya berciuman dan juga ingin merasakan ada tangan yang membelai rambutku, menjilati sekujur tubuhku (seperti yang aku lihat di blue film ketika aku SMP), juga ingin merasakan ada penis ukuran besar memasuki vaginaku, sehingga akupun sering bermasturbasi di kamarku.

Suatu hari di sekolah (entah kapan persisnya), saat di kelasku ada pelajaran Tata Negara yang menurutku cukup membosankan, namun aku suka pelajaran itu karena Bapak Gunawan yang mengajar kunilai cukup simpatik dan tampan walaupun usianya pantas menjadi bapakku. Beliau usianya mendekati 45 tahun, selalu bercukur, agak gemuk dan aku suka memperhatikan rambut di dadanya yang agak tersembul saat dia mengajar. Saat itu aku memperhatikan penampilannya agak lain dari biasanya, beliau saat itu mengenakan pakaian batik berwarna biru gelap dipadu dengan celana panjang berwarna agak hitam. Aku sangat terpesona sehingga aku membayangkan dapat bercinta dengannya, dan tak kusadari vaginaku telah basah.

"Vina!", tegurnya melihatku tidak konsentrasi.

"Eh.. i.. iya Pak", sahutku sekenanya.

"Tolong perhatikan", timpalnya.

"Baik Pak" jawabku.

Sialan makiku dalam hati apes banget aku apalagi ditambah dengan ledakan tawa seisi kelas yang membuatku sangat kesal. Akhirnya kuikuti terus pelajaran dengan hati tidak menentu.

Seusai sekolah, aku langsung berlari menuju mobilku yang kubawa sendiri dan kuparkir dekat halaman sekolah, aku berniat langsung pulang mengerjakan PR-ku yang seabreg. Namun sesuatu menghambat niatku saat aku melihat Bpk. Gunawan sedang menunggu kendaraan umum di dekat sekolah, langsung kuhampiri dia dan kubuka kaca jendela mobilku.

"Pak!", tegurku.

"Eh, Vina", sahutnya.

"Pulang ke arah mana, Pak?", tanyaku.

"Kebayoran Baru", jawabnya.

"Wah, searah dong", timpalku.

"Ikut sekalian Pak", kataku sambil membuka pintu mobil dari dalam.

"Enggak merepotkan?", tanyanya.

"Tidak apa-apa", jawabku.

"Baiklah", jawabnya seraya naik ke mobilku.


Sepanjang perjalanan kami banyak berbicara tentang banyak hal, dan ternyata beliau cukup menyenangkan, ternyata beliau memperhatikanku cukup lama ini kuperhatikan lewat ekor mataku sesekali, dan tiba-tiba dia menyentuh tanganku.

"Maaf", katanya.

"Tidak apa-apa kok Pak", sahutku, aku senang juga dalam hati.

Lalu secara tidak sengaja kulirik dia dan astaga!, ternyata celana bagian depannya ada tonjolan.


Ketika sampai di rumahnya, dia menawarkan masuk dan langsung kusetujui. Rumahnya cukup sederhana namun rapi, sesudah aku masuk beliau bercerita tentang dirinya lebih banyak bahwa dia sampai saat ini masih belum menikah, mendengar ceritanya aku semakin simpatik dan semakin membayangkan bisa bercinta dengannya. Akhirnya kami saling berpandangan tanpa berkata apapun, dan tangan beliau secara spontan membelai rambutku, lalu perlahan dia menciumku, "Oooh nikmat rasanya", dan segera kubalas ciumannya dengan hangat. Ternyata beliau bisa membaca situasi dan langsung tangannya menggerayangi sekujur tubuhku sehingga membuatku menggelinjang kenikmatan.


Selang beberapa lama, dia menuntunku masuk kamarnya dan aku menurut saja, ketika kami masuk ke kamar dia langsung mengunci pintunya dan memulai kembali aksinya, dengan napasnya yang memburu dia menciumiku dan tentu saja kubalas kembali dengan tak kalah memburunya. Perlahan-lahan dia melepaskan baju seragam sekolahku, dan rokku. Praktis kini hanya behaku dan celana dalamku yang tinggal.


"Kamu cantik sekali, Vin", katanya

aku hanya tersenyum mendengarnya karena aku ingin dia berbuat lebih dari itu, dan diapun ternyata memahaminya, dengan cepat dia melucuti beha dan celana dalamku sehingga aku telanjang bulat di depannya. Lalu gantian dia yang melepaskan seluruh bajunya. Saat semua bajunya terlepas, aku agak sedikit memekik melihat penisnya yang telah tegang dan besarnya sekitar 24 cm dengan diameter kira-kira 4 cm, namun aku juga kagum melihatnya. Tanpa basa-basi dia langsung menidurkanku di tempat tidur dan membuka kakiku lebar-lebar sehingga kewanitaanku dapat terlihat jelas olehnya, kemudian dengan tidak membuang waktu lagi dia mulai membenamkan kepalanya disana dan mulai mempermainkan lidahnya sehingga aku menjerit-jerit kecil menahan kenikmatan.


"Ehm.. ahh.. ahh..",
hanya itu yang bisa kuucapkan, sampai beberapa waktu lamanya aku merasakan puncak kenikmatan dan menjerit-jerit,
"Oh.. ahh.. aaah.. Pak.. ohh.. nikmat.. ooooh.."


Dan spontan aku menjambak rambutnya tanpa mempedulikan lagi status antara kami.

Lalu dia bangkit dan secara cepat penisnya sudah ada di depan mukaku, aku paham maksudnya langsung kujilati penisnya perlahan-lahan kumainkan dengan lidahku dan aku dapat mendengar rintihannya menahan nikmat. Lalu kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, sudah kuduga aku tak dapat melahap seluruhnya, hanya setengahnya yang masuk ke mulutku. Kulakukan gerakan maju mundur dengan kepalaku membuatnya semakin merintih kenikmatan. Harus kuakui aku juga menikmati permainan ini apalagi saat kurasakan penisnya berdenyut dalam mulutku, rasanya tak ingin kuakhiri permainan ini.


Tiba-tiba dia menarikku ke atas dan langsung dia menidurkanku kembali, kakiku kembali dibuka lebar-lebar dan dia mempermaikan klitku dengan penisnya yang membuatku semakin tak karuan sehingga tak berapa lama aku kembali mencapai puncak kenikmatan dan cairan kewanitaanku membasahi penisnya. Lalu tiba-tiba dengan satu gerakan cepat dia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, aku langsung menjerit karena vaginaku masih sempit dan aku masih perawan, sehingga kurasakan agak sedikit perih. Namun rupanya beliau telah tahu keadaanku sehingga dia diam sebentar agar aku dapat menguasai diri.

Setelah aku dapat menguasai diri beliau langsung menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan dan makin lama makin cepat sehingga tubuhku terguncang-guncang. Setelah kira-kira 2 jam kami berpacu dalam birahi, aku merasakan orgasme kurang lebih sebanyak 5 kali sampai terakhir kurasakan beliau ingin mencapai puncak dia mengejang dan menjerit tertahan lalu kurasakan cairan hangat menyemprot dinding vaginaku.

Setelah semuanya selesai, aku pun berpamitan dengannya dan berjanji untuk melakukannya kembali malam minggu nanti.


Bersambung .................


READ MORE - Bercinta dgn Guruku

Gadis Pemijat 4

Posted by solusisehat | 8:44 AM | Gadis Pemijat, Kolam Renang Agak lama kami ber-French Kiss ria, perlahan ia mulai menurunkan kepalanya dan ganti memangsa leherku, "Aahhh... geli sayang," kataku. Rupanya debar jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya. ia langsung mendorongku ke tembok, dan ia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu tipis itu.

"Wah... dadamu seksi yah..." katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya menjilati dadaku "Slurrppp..." jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak kuasa menahan adikku kecil yang agak menyembul keluar di balik celana renangku.

Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke pusarku. Tangan pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah keras sekali. Aku pun sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada gadis panti pijat yang merabai lembut kemaluanku.

"Ahhh.. Sayang..." desahku tertahan.

Dengan cekatan ia memelorotkan celana renangku yang baru saja kupakai, alhasil batanganku yang keras dan panjang pun mendongak gagah di depan mukanya.

"Ihh... gila punyamu Sayang..." katanya.
"Ema... hisap dong Sayang!" pintaku.

Ia agak ragu melakukan itu, maklum ia masih virgin sih. Ia belum menuruti permintaanku, ia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih kaku, sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari.

"Ssshhh... uahhh..." aku pun mendesah panjang menahan kenikmatanku.
"Sss... sayang hisap dong!"

Aku pun menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kepala kemaluanku, sekali lagi ia agak ragu membuka mulut.

"Aah... nggak mau Say, mana muat di mulutku..." jawabnya ragu.
"Egh... tenang saja sayang, pelan-pelan lah,"

Dia agaknya memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya ia memegang batanganku dan menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala kemaluanku.

"Slurpp... slurpp..." sejuk rasanya.
"Mmhhh... ahh, nah begitu Sayang... ayo teruss... ahh ssshh, buka mulutmu sayang."

Ia masih saja menjilati kepala dan leher kemaluanku yang mengacung menantang langit, lama-lama ia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya semakin berani dan menjalar ke kantong semarku.

"Ih... bau nih sayang.. tadi nggak mandi ya?" katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku memang merawat khusus adikku yang satu ini.

"Ihh.. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat," kataku tertahan.

Mulut mungil Ema perlahan membuka, aku pun membimbing batang kemluanku masuk ke mulutnya. "Mmhh.. eghh..." terdengar suara itu dari mulut Ema ketika batangku masuk, tampaknya ia menikmatinya. Ia pun mulai menghisapnya dengan bernafsu.

"Slerpp.. cep.."
"Ahhh... mmmm.. oohhh..." desahku penuh kenikmatan.
"Mmmhh... sayang, nikmatttt sekali..." gumamku tidak jelas.

Setelah agak lama, aku pun menarik kemaluanku dari mulut Ema. Segera kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti. Kurebahkan badannya yang lencir dan montok di sana, dengan keadaan pusakaku yang masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu, "Syuutt..." dan tak lupa CD-nya. Ia pun tampaknya pasrah dan menikmatinya karena tangannya merabai sendiri puting susunya.


Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera mendekatkan kepalaku dan... "Slurp," lidahku kujulurkan ke klitorisnya.

"Hemmm... slurp..."
"Aachhh... uhhh!" desahnya panjang menahan kenikmatan yang dirasakan tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya Ema mati keenakan dibuatnya.

"Sssh... sshhss..." desisnya bagaikan ular kobra.
"Andraaa... aku nggak tahan lagiii..." ia menggeliat tak karuan.
"Akuuu... nyampai nihhh..."

Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra ke bibir kemaluannya yang harum, "Cup... cupp," kelihatannya ia hampir mencapai puncak karena kemaluannya memerah dan banjir.

"Sshh... aahh... oohhh Yaangg... aku keluarrr..." erangnya menahan kenikmatan yang luar biasa.

Benar juga cairan kemaluannya membanjir menebar bau yang khas. Hemm enak, aku masih saja menjilatinya dengan penuh nafsu.

"Aduhhh... hhh... Sayang, aku udah nihh..." katanya lemas.
"Ma, aku masih konak nih..." kataku meminta.

Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya, batang kemaluanku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya. Langsung saja Ema mengambil lotion "Tabir Surya" dan mengolesinya ke batang kemaluanku dan ke dadanya yang montok, dan ia segera mengapitkan kedua gunung geulis-nya agar merapat. Ia mengambil lagi lotion itu, dan mengusapkan ke kemaluanku,

"Ahhhh..." aku pun hanya merem-melek. Kemudian ia menarik batang kemaluanku di antara jepitan gunung kembarnya. Wahh... nikmat juga rasanya, aku pun memaju-mundurkan pantatku layaknya orang yang sedang bersetubuh.

"Bagaimana rasanya sayang..." tanyanya manja dan memandangku sinis.
"Aahhh... mmmm... ssss nikmat sayang..." ia pun tertawa kecil.

Ia merapatkan lagi gunungnya sehingga rasanya semakin nikmat saja.

"Uuahhh... nikkmattt sayangg...!" erangku.

Ia hanya tersenyum melihat mukaku yang merah dan terengah menahan nikmat.

"Rasain... habis kamu nakal sih..." katanya.
"Tapi lebih... nikmat memekmu sayang."
"Hush..." katanya.

Gerakanku semakin cepat, aku ingin segera mencapai puncak yang nikmat.

"Uuhhh... uhhh... mmm... arghh..." erangku tertahan.

Tak lama aku merasa hampir keluar.

"Sayy... aku hampir nyampe nihh..." desahku.
"Keluarin aja Ndra... pasti nikmatt..."

Tak lama batang kemaluanku berdenyut dan...

"Crottt... crutt..."
"Uuahhh... hemmm... ssshh!" nikmat sekali rasanya.

Spermaku memancar dengan deras dan banyak.

"Ooohh..." gumamku.

Spermaku memancar membasahi leher Ema yang jenjang dan mengena juga janggut dan bibirnya.

"Ihhh... baunya aneh ya.."

Ia mencoba membersihkan cairan kental itu dengan tangannya, aku pun turun dari atas tubuhnya. "Aahhh... nikmat Sayang..." tapi dalam hatiku aku belum puas jika belum menjebol liang kemaluan Ema. Ema pun segera membersihkan maniku yang belepotan.

"Iihhh... kok kayak gini sih?" tanyanya penuh selidik.
"Itu namanya cairan kenikmatan sayang..." jawabku enteng.
"Ooo..." katanya pura-pura tahu.
"Habis bercinta enaknya berenang yuk?" ajaknya.
"OK," kataku.

(Bersambung.......)

............ Ia berenang mendekat ke arahku, aku pun masuk ke air, aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan ganas. "Kamu membuatku nggak tahan sayang..." kataku.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

READ MORE - Gadis Pemijat 4

Masturbasi Pertamaku

Nama asli saya bukan Vita, tetapi karena Arthur sudah memakai nick name itu untuk saya, ya saya tetap pakai nama Vita saja. Tinggi saya 168 cm, putih, rambut sebahu, dan sejak SMP orang-orang bilang saya mirip sekali dengan peragawati Donna Harun. Awalnya saya bangga dibilang begitu karena mirip peragawati tetapi lama kelamaan saya menjadi segan.

Pernah bulan lalu, mungkin karena saking miripnya dengan si Donna, seorang wartawan Infotainment melihat saya sedang Jalan-jalan di Plaza Senayan dan ia langsung menghampiri saya dan menanyakan sesuatu tentang fashion. Saya awalnya terheran-heran tetapi langsung saya bilang, “Salah orang, Mas!” hehehe..

*****

Saya suka sekali masturbasi. Sejak SMP gairah seks saya tinggi sekali. Tetapi saya bisa meredam gejolak seks saya. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat beragama. Pertama kali masturbasi terjadi ketika saya sudah lulus SMP. Waktu itu saya dan teman-teman (laki dan perempuan) sedang nongkrong di rumah teman setelah seharian mengurus STTB.

Si Harry datang dan membawa sebuah kaset video porno dan langsung menyetel film itu di rumah temanku. Kami semua langsung menonton. Saya sendiri baru pertama kali menonton film porno dan ada perasaan jijik dan bergairah. Setelah selesai menonton film, kami pun pulang ke rumah. Karena saya membawa mobil sendiri, saya mengantar Harry dan 3 orang teman ke halte bis terdekat.

Setiba di rumah, saya memarkir mobil di garasi lalu sebelum keluar dari mobil perhatian saya tertuju pada kaset video yang tergeletak di jok mobil bagian belakang. Rupanya kaset itu terjatuh dari tas Harry. Segera saya masukkan video itu ke tas saya lalu saya langsung masuk kamar. Saat itu sudah jam 21:30, kedua orang tuaku sudah tidur.

Saya bergegas mandi lalu mengganti baju. Setelah itu dengan deg-degan, saya memutar film porno itu di kamar saya karena kebetulan saya punya TV dan video player sendiri. Dengan penuh minat, saya perhatikan adegan-adegan ML, saya perhatikan bentuk kelamin pria dan wanita. Saya bisa lebih santai melihatnya dibandingkan tadi sore karena malu apabila terlihat terlalu serius.

Ada satu adegan dimana si wanita sedang rebahan di tempat tidur dalam keadaan telanjang. Si wanita memainkan jarinya di selangkangan dan payudaranya sambil mendesah dengan penuh nikmat. Saya menjadi penasaran untuk mencoba. Saya selipkan tangan kananku ke dalam celana dalamku lalu meraba vagina. Saya tidak merasakan kenikmatan. Kemudian saya perhatikan si wanita itu membuka bibir vaginanya. Saya lalu mencoba membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu tangan kiriku mulai mengusap vaginaku. Sontak tubuhku langsung seperti disetrum.

Saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Saya mencoba memainkan klitoris. Saya elus, putar dan pilin. Oh nikmatnya! Nafas saya mulai mendesah-desah kenikmatan seperti si wanita itu. Akhirnya saya langsung membuka semua bajuku dan tidur telanjang bulat di tempat tidur. Kembali tangan kananku memainkan klitoris sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaraku yang saat itu berukuran 34A. Rasanya seperti mengawang di surga. Nikmatnya tiada tara.

Saya mulai mempercepat gerakan jariku di klitoris, semakin cepat hingga akhirnya tubuhku seperti kembali disengat listrik. Tubuhku mengejang. Ada rasa lega yang tidak bisa saya lukiskan. Vagina dan selangkanganku basah dengan cairan. Saya merasakan si wanita di film itu juga merasakan hal yang sama dengan saya. Si wanita itu menjilat jarinya yang basah oleh cairan dari vaginanya. Saya mencoba menjilat jariku, rasanya sedikit asin. Setelah masturbasi pertama itu, saya tertidur dengan nyenyak. Sekitar jam 3 pagi, saya terbangun dan kembali hasrat seks saya bangkit kembali dan saya kembali bermasturbasi.

Semenjak itu, saya senang sekali bermasturbasi hingga saya pertama kali ML seperti yang sudah diceritakan dalam “Arthur: Vita & Seks Pertama”. Umumnya saya masturbasi hanya dengan tangan. Saya mencoba memakai ketimun tetapi kurang bisa saya nikmati karena terasa aneh di vaginaku.

Pada waktu saya kelas 1 SMA di tahun 1990, ada sebuah long weekend karena ada hari libur nasional yang jatuh pada hari Sabtu. Orang tua saya meminta saya untuk menemani mereka ke Singapore untuk check up. Akhirnya berangkatlah kita bertiga ke Singapore. Kami menginap di hotel Mandarin dan orang tua saya check up di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Orang tua saya perlu melakukan beberapa tes kesehatan yang bisa memakan waktu beberapa jam.

Daripada bosan menunggu di rumah sakit, saya minta ijin untuk Jalan-jalan ke Orchard Road dan nanti janjian ketemu di hotel. Di sepanjang Orchard Road, saya keluar masuk toko-toko hingga saya menjumpai sebuah toko kecil yang menjual peralatan-peralatan untuk seks. Saya baru pertama kali melihat toko itu dan dengan terheran-heran saya masuk ke dalam.

Berbagai macam kondom dijual dan dipajang di rak-rak. Buku-buku seputar seks bahkan dildo juga dijual. Dildo adalah penis tiruan terbuat dari karet yang dipakai wanita untuk masturbasi. Bentuknya bermacam-macam. Ada dildo yang dibuat mirip sekali dengan penis, ada dildo yang dibuat berbentuk tabung oval stainless steel, bahkan ada juga dildo yang dibuat bercabang sehingga si wanita bisa memasukkannya ke dalam vagina dan anusnya secara bersamaan. Awalnya saya mau nekat membeli dildo yang bercabang tetapi saya urungkan niat itu dan saya pilih dildo yang mirip penis asli.

Saya berjalan menuju kasir. Di sebelah saya ada seorang pria tinggi dan tegap dengan potongan rambut cepak. Ia berkata kepadaku..

“Jangan lupa beli jel pelumas karena nanti bisa lecet” seraya menunjuk ke botol yang dipajang dirak.

Sambil tersenyum malu, saya menghampiri rak botol jel pelumas dan mengambil satu.

“Kamu orang Indonesia ya?” kata pria itu dalam bahasa inggris.
“Iya, kok tau?” saya membalas dengan bahasa inggris.
“Banyak orang Indonesia disini, saya bisa membedakannya. Nama saya Richard Chen”
“Saya Vita”

Richard membayar ke kasir satu kotak kondom lalu saya kemudian membayar dildo dan botol jel. Selesai membayar, Richard memberikan kartu namanya padaku dan berkata.

“Kalau anda perlu bantuan dalam memakai barang itu, saya bersedia membantu”
“Nanti saya pikirkan” kata saya sambil menerima kartu namanya. Setelah itu kami berpisah.

Dengan tergesa-gesa saya berjalan kembali ke Hotel Mandarin. Setiba di kamar (saya tidur di kamar sendiri), saya langsung membuka bungkusan dildo dan botol jel. Kemudian saya membuka seluruh bajuku dan telanjang bulat di tempat tidur membaca petunjuk pemakaian yang tertera di kotak dildo. Saya memperhatikan dengan seksama dildo itu. Memang sangat mirip dengan penis asli. Bentuknya cukup besar sekitar 30 cm, diameter 4cm dan berwarna coklat muda. Saya berpikir apakah ini muat dalam vagina saya? Mari kita coba!

Saya merebahkan diri di tempat tidur lalu membuka lebar kakiku kemudian dildo saya arahkan ke vaginaku. Tak lupa saya oleskan jel pelumas di seluruh dildo kemudian saya mulai masukkan dengan perlahan ke vagina. Awalnya agak seret tetapi dengan sabar saya masukkan hingga mentok diujung vagina. Setelah itu saya mulai tarik lagi keluar.

Saya menikmati setiap senti dari dildo yang masuk dalam vaginaku. Mataku terpejam menikmati sensasi ini. Setelah dildonya keluar semua, kembali saya masukkan dan kali ini lebih cepat. Akhirnya vagina saya sudah terbiasa dengan dildo itu sehingga saya bisa mengocok dildo dengan cepat. Nafas saya memburu dengan cepat. Keringat saya mengucur disekujur tubuhku. Payudara kuremas-remas sembari mengocok dildo di vagina.

Ada sekitar lima menit saya memainkan dildo itu dalam vaginaku hingga saya orgasme pertama. Setelah itu saya membalikkan badan dalam posisi menungging dan memasukkan dildo dari arah belakang. Saya melihat bayangan tubuhku di cermin yang digantung di atas meja. Saya merasa seksi sekali. Mulutku terbuka lebar dan mataku setengah terpejam menikmati dildo yang dimasukkan ke vaginaku dari arah belakang.

Saya merapatkan kedua belah kakiku hingga dildo itu rasanya bisa saya tekan dengan kuat dengan otot selangkanganku. Payudaraku yang bergelantungan tampak bergoyang-goyang mengikuti irama gerakanku. Beberapa menit kemudian, kembali saya orgasme. Saya langsung roboh ke kasur. Tubuhku basah oleh keringat. Cairan vaginaku membasahi sedikit sprei tempat tidur. Saya beristirahat sejenak sementara dildo itu masih di dalam vaginaku.

Saya lalu mendapat ide baru. Saya mengeluarkan dildo itu dari vagina lalu saya mengambil kursi. Kursi itu mempunyai sandaran yang dibuat dari beberapa kayu yang tegak lurus dan ada jarak dari antara satu kayu ke kayu lain. Saya selipkan dildo itu di antara kayu itu. Karena ukuran dildo yang besar, maka dildo itu bisa diselipkan dan tidak bergoyang sama sekali. Dildo itu mengacung membelakangi kursi. Saya lalu menggeser kursi itu ke arah meja rias. Lalu saya menungging bertopang pada meja rias sedangkan vagina kuarahkan pada dildo.

Saya melihat posisiku yang cukup lucu karena saya berada dalam posisi doggy style dan dildo itu ditopang dalam sandaran kursi. Lalu mulai kembali saya perlahan memaju mundurkan pantatku. Dildo bisa masuk dengan baik dan kursinya sendiri tidak bisa bergeser kemana-mana karena tertahan oleh tempat tidur. Saya mulai mempercepat irama gerakanku. Gairah seksku seperti tiada hentinya bergelora dalam diriku. Sepertinya dildo ini bisa memahami keinginan seksku yang tinggi.

Berkali-kali saya hunjamkan dildo itu ke dalam vaginaku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut menerima sensasi seks yang diterima dari dildo itu. Nafasku tersengal-sengal. Rambutku berantakan dan keringat kembali bercucuran di dadaku. Saya meremas kedua belah payudaraku dengan gemas sembari terus memacu vaginaku dalam dildo itu. Saya ingat waktu itu dalam tempo waktu 15 menit bersetubuh dengan dildo dalam posisi tersebut, saya orgasme kurang lebih 6 kali.

Akhirnya saya berhenti karena kecapaian. Saya melepaskan dildo itu dari vaginaku dan mencopotnya dari sandaran kursi. Saya membaringkan tubuhku yang lunglai di tempat tidur lalu tertidur selama 1 jam. Begitu terbangun, saya langsung buru-buru membereskan kamarku dan membuang bungkusan dildo dan jel pelumas. Dildo itu sendiri saya cuci lalu saya bungkus didalam kaos beserta botol jel pelumas supaya tidak ketahuan ibuku.

Saya melihat kartu nama si Richard di tasku. Sempat terlintas ide untuk menelepon dia dan siapa tahu bisa diajak bersetubuh. Tetapi saya urungkan niat itu karena beresiko tinggi ketahuan orang tua. Lagipula saat ini saya sedang senang bermain-main dengan dildo baruku.

Hingga sekarang, saya sudah memiliki tiga buah dildo. Yang pertama adalah dildo pertama yang saya beli di Singapore, kemudian dildo yang model bercabang dan ketiga dildo yang bisa bergetar sendiri memakai baterai. Kedua dildo itu saya beli di Amerika. Tamat


READ MORE - Masturbasi Pertamaku

Saturday, March 19, 2011

Tubuh Indah

Siang menyengat kota Yogya, dengan langkah gontai Anton berjalan di koridor kampus menuju ruang administrasi. Dia harus mendaftar ulang hari ini, hingga jam 12 siang, bila ingin ikut KKN. Rambut setengah bahu dan tak pernah berrcumbu dengan sisir, tidak membuatnya risi di tiup angin kemarau siang itu. "Siang Anton" sapa suara lembut dari ruangan sebelah kiri tempatnya dia berjalan. "Eh, siang nDah" sapanya kepada asal suara tadi. Indah, teman seangkatan Anton, dengan otak brilliannya sekarang menjadi assistent dosen. "Daftar KKN ya ton..? tanya Indah mengerlingkan mata bundarnya. "Iya non, ikutan KKN juga?" balas tanya Anton. "Iya laah, kan aku panitia" sambung manja Indah.

Siapa tak kenal Anton, cowok urakan dengan dandanan semaunya tapi memiliki otak encer serta trik halus dalam memperlakukan wanita. Andai saja Anton rajin, mungkin sudah kemarin-kemarin lulus dia, pikir Indah, Tapi peduli setan liwatlah, yang penting, sebagai salah satu cewek yang mengagumi Anton, Indah tak begitu memperhatikan hal itu. Hatinya sedikit berbunga, mendengar kabar Anton ikut KKN, bukan karena ingin Anton segera menyelesaikan kuliahnya, terlebih Indah dapat berdekatan dengan Anton. Karena Indah sebagai assisten dosen, yang secara kebetulan dia bertugas mendampingi mahasiswa menlaksanakan KKN di suatu daerah terpencil, akan banyak kesempatan untuk mendekati Anton. Sosok Indah yang bertubuh sintal dengan dada membusung, rambut lurus sepinggang, ditambah tai lalat mampir dekat dagunya, menambah manis dan seksi.

Singkat cerita sampailah rombongan KKN di daerah terpencil, setelah pembagian penginapan yang di putuskan dalam breafing di pendopo kelurahan, Anton berlima satu rumah dengan Indah. Semua itu telah diatur Indah sebagai panitia yang mempunyai wewenang dalam pembagian penginapan, mereka mendiami belakang rumah pak Lurah, sebagai gambaran, desa tempat KKN berupa perbukitan tandus dan jauh dari kota, sarana serta prasarana sangat minim, listrik belum ternjangkau. Satu-satunya sumber mata air berjarak 300 meter dari desa. Kegiatan sehari-hari KKN adalah memberi penyuluhan kepada masyarakat yang dilaksanakan sehari penuh, anggota KKN baru kembali ke penginapan sekitar pukul 9 malam.

Satu bulan berlalu, Jumat sore setelah tugas selesai seharian, tiba giliran mahasiswa yang ingin pulang ke rumah masing-masing, anggota KKN mendapat cuti selama dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu.


"Gimana Ton? kamu ikut pulang? tanya Indah pada Anton.


"Yah, liat aja lah. Kalo ada yang bayarin gue pulang, kalo enggak yah jaga posko, abis semuanya pada pulang" jawab Anton sekenanya.


"Udah di sini aja nemenin aku" kata Indah setengah berharap, sebagai panitia Indah tidak mendapat jatah cuti.


"Boleh, sapa takut? jawab Anton, Indah pun mengangguk sembari tersenyum lega.


"Ton, mau nggak temani aku ke sumber" tanya Indah memelas kepada Anton.


Sumber adalah tempat mata air di mana semua kegiatan mandi dan mencuci dilakukan anggota KKN. Indah ketinggalan teman-teman putrinya mandi tadi, sementara Anton cukup dua hari sekali mandi.


"Nggak takut sama aku?" canda Anton,
"Emangnya kamu rabies ya? tanya Indah senyum di kulum.


Wah rejeki nomplok nih, batin Anton, tak terasa celana jin sobek yang dikenakannya terasa sesak, terutama daerah selangkangannya.


"Ati-Ati lho nDah, jalan ma setan" teriak Dini teman se kamar Indah sambil mengerlingkan mata ke arah Anton.


Anton gemas, diambilnya batu kecil dan dilemparkannya ke arah Dini,


"awas ya kamu, entar malem aku grayangin" ancam Anton. Hi... hi... siapa takut di gerayangin kamu, emangnya berani?" tantang Dini.


"Udah ah, gak usah dilayanin, ayo nati keburu kemaleman di sana" kata Indah sambil menarik lengan Anton.

"Kok sepi ya Ton, dan dingin pula daerah sini" kata Indah sambil merapatkan tubuhnya ke Anton.


"Namanya aja hutan, ya jelas sepi dong" jawab Anton.


"Kamu udah mandi Ton?" tanya Indah.


"Ha... ha... ha... kayak gak tau aku aja, rencana sih besok aja mandinya" jawab Anton.


"Temenin aku mandi ya Ton?" pinta Indah setengah berbisik,
"Gak usah di suruh lagi tuan putri, hamba siap melayani permintaan tuan putri" gaya Anton berpantomim.
"Ihhh, genit, awas ya..." ujar Indah sambil mencubit pinggang Anton.

Keduanya berbugil ria masuk ke pancuran tempat untuk mandi, mereka berpelukan.


"Ton... udah berapa wanita yang kamu gauli?" selidik Indah.


"Ha... ha... ha... sama kamu udah yang ke 1001 non" canda Anton.


"Nakal aya kamu, apa sih yang membuat cewek tergila-gila sama kamu Ton?" keja Indah sambil mencubit Anton dengan mesra.


"Mungkin mereka tergila-gila sama adikku ini" kata Anton sembari memainkan penisnya yang mulai berdiri.


"Boleh aku kenalan sama adikmu?" kerling manja Indah,


"Ati-ati lo, dia suka ngeludahin cewek" goda Anton.


Dipegangnya penis Anton dan dibelai mesra tangan halus Indah.


"Dingin ya Ton airnya" kata Indah,
"Ah enggak... anget kok" jawab Anton sambil meraba selangkangan Indah.

READ MORE - Tubuh Indah

Tante Mirnaku

Namaku Rei, saat kejadian ini usiaku baru 17 tahun. Kisah ini berawal 2 tahun lalu, karena kepindahan orangtuaku ke Bandung . Aku yang masih SMU juga harus ikut pindah ke Bandung . Sebagai warga baru seperti biasanya kami sekeluarga memperkenalkan diri dulu kepada tetangga-tetangga didaerah rumahku yang baru.

Ada satu tetangga yang membuat aku sangat tertarik, selain ramah dan baik aku juga terangsang dengan wajahnya yang cantik meskipun dari segi body tante Mirna ini kurang menarik. Tante Mirna berkulit putih, berwajah cantik dengan rambut sebahu dan berumur 35 tahun. Tante Mirna baru mempunyai anak satu, dan masih TK.

Setelah perkenalan itu ibu dan ayahku terbilang dekat dengan om dan tante Mirna ( Mirna adalah nama suaminya ). Karena kedua orangtuaku bekerja aku, sering sekali aku dikirimkan makanan-makanan dari tante Mir, dan kupikir ini kesempatan.

Suatu hari, didaerahku hujan lebat. Tiba-tiba tante Mirna datang dengan keadaan basah kuyup, memberitahukan bahwa rumahnya bocor dan aku disuruhnya melihat dan membetulkan genteng rumahnya. Aku yang sedang dalam gairah tinggi melihat ini adalah kesempatan besar. Aku masuk ke dalam rumah tante Mirna, dan baru saja masuk aku langsung memeluk tante Mirna. Tante Mirna berontak tapi aku dengan kuat terus memeluknya dari belakang, kudorong tante Mirna ke sofa dan kulucuti pakaiannya satu persatu.

"Rei, kamu mau apa jangan macam-macam rei!"bentak tante Mirna,

tapi aku yang sudah nafsu terus saja melucuti pakaian tante yang basah. Dengan cepat aku melucuti pakaian tante, dan terpampang jelas tubuhnya yang indah. Kuhisap langsung vaginanya yang merah dan minta disuntik dengan segera.

"Rei, mmmmhhhhh, geli rei. Jangan diteruskan rei, mmmmmhhhh"

keluhnya dan aku masih tetap saja kujilati vagina tante Mirna. 5 menit aku jilati vagina tante Mirna, setelah itu kupaksa tante Mirna melayani burungku dengan mulutnya sampai tante Mirna muntah-muntah karena sepertinya memang baru sekali ini saja. Dan 5 menit berikutnya aku paksa kembali tante Mirna melayani kemaluanku dengan vaginanya.

"Ah, tante vagina keset banget sih. Kan susah masukinnya !", Kemaluanku baru masuk seperempat.

"Rei jangan rei, mmmmmmhhhhhhhhhhhhh ."

"Pokoknya tante harus melayani saya sampai sore "

"Jangan Rei, aduhhhh sakit rei" kemaluanku sudah tenggelam di kenikmatan yang tiada tara.
kupercepat tempo sodokanku, dan tante Mirna menggeliat dengan keringatnya yang menetes.

"Ayo tante, mmhhhhhh"

"Mmmmmmmmmhhhhhhhhh hhhhh, reeeeeeiiii, reeeeeeeeeeeei"

dihempaskannya tubuhku, kemaluanku mengayun saja setelah lepas dari bibir kemaluan tante Mirna. Tante Mirna bangun dan berdiri dalam keadaan bugil.

"Rei kamu harus tanggung jawab, tante gak terima kalo kamu yang main di atas"

Dipegangnya burungku, dimasukkannya lagi ke dalam bibir kemaluannya. Tante Mirna merem melek menahan kenikmatan burungku yang lumayan besar.

" Rei burung kamu ueeenak banget sih, tante genjot yah! "
" Iya tante, yang cepet ya tante "

Tante Mirna terus menggenjot kemaluanku, dan sekarang aku yang merem melek.

" uhhh. rei sayang tante mau keluar "
" keluarin aja tante "
" gantian dong sayang, tante capek nih "
" tante nunging yah, biar sama-sama enak". Tante Mirna menurut yang aku bilang.

Kucari lubang anus tante Mirna, karena aku belum sama sekali merasa mau keluar. Kucoba tusukkan kemaluanku ke anusnya dengan pelan,

" rei jangan disitu sayang, tante belum pernah sayang"
" tenang aja tante dijamin enak deh!"
"rei sakit rei, ahhhhhhhhhhhhhhhhhh hh. sakit rei udah rei" jerit tante Mirna setelah kemaluanku sudah masuk setengah anus tante Mirna

" enakkan tan, kemaluanku
" heeh enak banget, tapi jangan cepet2 yah rei "

Lima menit sudah kusodok lubang anus tante Mirna, tiba-tiba terdengar suara mobil jemputan anak tante Mirna sudah kembali dari sekolahnya. Aku yang belum keluar mempercepat sodokanku sedang tante Mirna sudah 2 kali.

"sayang udahan dulu yah!, Dona udah pulang tuh!". tante Mirna melepaskan kemaluanku yang masih tegang.

"tan, saya belum keluar nih"
"masak sih rei, kuat amat sih, Ya udah tunggu tante di kamar nanti tante nyusul."
"gak mau ah" kutarik lagi tante Mirna dan sekarang vagina yang kujadikan sasaran keberanganku.

"ahhhhhhhhhhhh. terus sayang.terus. jangan dilepasin dulu ya".
tiba-tiba Donna anak tante Mirna membuka pintu.

"mama, eh mama lagi ngapain sama om rei". Donna yang ketawa melihatku dengan mamanya dalam keadaan ngentot.

"Dona kekamar dulu ya, ganti baju dulu ya.mama lagi main dulu sama om rei"
"iya sana Dona masuk dulu, ntar om rei beliin coklat deh"

Donna yang belum tahu apa-apa langsung lari kekamar dengan senangnya karena aku janji belikan cokelat.

"terusin lagi dong rei, tanggung nih"

Kuteruskan lagi permainanku, sekitar sepuluh menit kemudian aku merasakan ada yang mau keluar dari kemaluanku

"tante, rei mau keluar nih, mo bareng gak?"
"mmmmmmmmhhhhhhhhhh hhhhhh, terusin aja sayang kontol kamu enak banget sih, " tante juga mau keluar nih. mmmmmmmmmmhhhhhhhhh hhh"
"tante Mirna mmmmmmmmhhhhhhhhhhh hhh enak banget tante"

Tak lama kemudian kemaluanku terasa ada rasa hangat yang luar biasa.
"tante juga keluar rei, burung kamu enak banget ya!"
"vagina tante juga luar biasa"

Aku memeluk tante Mirna dengan erat sambil tiduran disebelahnya tanpa melepas burungku didalam vagina tante Mirna

"rei kamu udah merawanin 2 lubang tante, kamu tuh yang baru pertama kali ngerasain pantat sama mulu tante, ternyata kamu hebat banget deh"
"tante, kapan-kapan boleh minta lagi ya!"
"diatur ajalah, yang penting waktunya enak"
"makasih ya tante"

Aku dan tante Mirna berciuman sebelum pulang dan keesokan paginya kami melakukan lagi, dan terus melakukan setelah Dona dan Om Mirna berangkat. Kadang kalo ortuku mudik atau menengok kakakku yang kuliah dijakarta, tante Mirna datang kerumahku walaupun Om Mirna ada dirumah. Dengan alasan mengantar makanan, kami sempat melakukan walau kilat saja, tapi aku puas.

Ini terus kulakukan sampai pada saat tante Mirna hamil, dan menurutnya itu adalah benihku. Aku sempat melihat anak pertamaku, sebelum aku harus kuliah di Jakarta menyusul kakakku disana. Tapi kalo aku pulang ke Bandung, aku masih melakukannya dengan tante Mirna. Mungkin aku jatuh cinta pada vagina tante Mirna, dan sepertinya aku mengidap odipus complex. Karena di jakarta pun aku juga sering melakukannuya dengan tante-tante sebaya tante Mirna walaupun tak seenak vagina tante Mirna tak apalah untuk selingan aja kok. Tapi tetap saja burungku buat vagina tante Mirna. Love tante Mirna.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

READ MORE - Tante Mirnaku

Friday, March 18, 2011

Cindy Crawford

 Cindy Crawford Pictures

In 1990, I had my first sexual experience when George Michael released the greatest music video ever “Freedom“. It starred Cindy Crawford and a few other top models of the time. Sure I was alone, but in my perverted little head, I was in the bathtub with Cindy, scrubbing her down, making sure that every nook and cranny wasn’t left untouched. Now maybe that doesn’t qualify as being a real sexual first experience but it sure beats clumsy sex in my mom’s station wagon, so I’m sticking with it! Anyway, here’s Cindy sunbathing topless on a yacht in St. Tropez and as you can see, she still looks amazing. Glad to see that she’s keeping that MILF body of hers in shape!

 Cindy Crawford Pictures  Cindy Crawford Pictures

I remember being in grade six drooling over my desk while looking at Cindy Crawford pics. Not much has changed because I’m looking at her new pics and I ‘m now drooling on my laptop. Man, they don’t make woman like they used to. I’m glad to see her back in action and want to thank Maxim for doing something right with their mag. I haven’t picked one up in a while because their covers bored me, but now that Cindy is on, I’m going to buy a subscription.

Ever wondered how to score a model like Cindy Crawford? Well, make sure you’re very wealthy, very handsome and psychotic enough to jump off huge boats into shark infested waters. OK, I’m not sure if the water is shark infested but if it were I bet Cindy’s husband would be the first in there. One could only hope.

Cindy Crawford Pictures Cindy Crawford Pictures

I dont know many 38 year old women but if more looked like Cindy Crawford, you wouldn’t need fertility drugs because I’d be one busy man.

Keyword: Sexy Bikini, Free Pics Gallery, Cindy Crawford, Topples, Bikini Pictures

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

READ MORE - Cindy Crawford

Istri Majikan 2

Istri Majikan Sebagai laki-laki normal yang hanya pernah mendengar dalam cerita, tentu aku tidak mampu menolak dan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kenyataan inilah yang harus kualami, apalagi ini adalah perintah majikan.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menjatuhkan kedua tanganku di atas bukit kembar itu. Mula-mula hanya kusentuh, kuraba dan kuelus-elus saja, tapi lama kelamaan aku mencoba memberanikan diri untuk memegang dan menekan-nekannya. Ternyata nikmat juga rasanya menyentuh benda kenyal dan hangat, apalagi milik majikanku. Ibu majikanku kelihatan juga menikmatinya, terlihat dari nafasnya yang mulai pula tidak teratur.

Desiran mulutnya mulai kedengaran seolah tak mampu menyembunyikannya di depanku.

"Auhh...terus Nis, nikmat sayang.

Tekan...ayo...teruuuss...aakhh... isap Nis...jilat donk.." itulah erangan ibu majikanku sambil meraih kepalaku danmembawanya ke payudaranya yang kenyal, empuk dan tidak terlalu besar itu.

Aku tentu saja tidak menolaknya, bahkan sangat berkeinginan menikmati pengalaman pertama dalam hidupku ini. Aku segera menjilat-jilat putingnya,mengisap dan kadang sedikit menggigit sambil tetap memegangnya dengan kedua tanganku. Aku tidak tahu kapan ia membuka celananya, tapi yang jelas ketika aku sedikit melepas putingnya dari mulutku dan mengangkat kepala, tiba-tiba kulihat seluruh tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di badannya.

"Ayo Nis, kamu tentu tau apa yang harus kamu perbuat setelah aku bugil begini. Yah khan?"pintanya sambil meraih kedua tanganku dan membawanya ke selangkangannya. Lagi-lagi aku tentu mengikuti kemauannya. Aku mengelus-elus bulu-bulu yang tumbuh agak tipis di atas kedua bibir lubang kemaluannya yang sedikit mulai basah itu.

Aku rasanya tak ingin memindahkan mulutku dari bukit kenyalnya itu, tapi karena ia menarik kepalaku turun ke selangkangannya di mana tanganku bermain-main itu, maka aku dengan senang hati menurutinya.

"Cium donk. Jilat sayang. Kamu ngga jijik khan?" tanyanya.

"Ngga bu'" jawabku singkat, meskipun sebenarnya aku merasa sedikit jijik karena belum pernah melakukan hal seperti itu, tapi aku pernah dengar cerita dari temanku sewaktu di kampung bahwa orang Barat kesukaannya menjilat dan mengisap cairan kemaluan wanita, sehingga akupun ingin mencobanya.

Ternyata benar, kemaluan wanita itu harum dan semakin lama semakin merangsang. Entah perasaan itu juga bisa di temukan pada wanita lain atau hanya pada ibu majikanku karena ia merawat dan menyemprot farfum pada vaginanya.

Pinggul ibu majikanku semakin lama kujilat, semakin cepat goyangannya, bahkan nafasnya semakin cepat keluarnya seolah ia dikejar hantu.

Kali ini aku berinisiatif sendiri menguak dengan lebar kedua pahanya, lalu menatap sejenak bentuk kemaluannya yang mengkilap dan warnanya agak kecoklatan yang di tengahnya tertancap segumpal kecil daging. Indah dan mungil sekali. Aku coba memasukkan lidahku lebih dalam dan menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan, lalu ke atas dan ke bawah.


Pinggul ibu majikanku itu semakin tinggi terangkat dan gerakannya semakin cepat. Aku tidak mampu lagi mengendalikan gejolak nafsuku. Ingin rasanya aku segera menancapkan penisku yang mulai basah ke lubangnya yang sejak tadi basah pula.

Tapi ia belum memberi aba-aba sehingga aku terpaksa menahan sampai ada sinyal dari dia.

"Berhenti sebentar Nis, akan kutunjukkan sesuatu" perintahnya sambil mendorong kepalaku, lalu ia tiba-tiba bangkit dari tidurnya sambil berpegangan pada leher bajuku. Kami duduk berhadapan, lalu ia segera membuka kancing bajuku satu persatu hingga ia lepaskan dari tubuhku. Ibu majikanku itu segera merangkul punggungku dan menjilati seluruh tubuhku yang telanjang. Dari dahi, pipi, hidung, mulut, leher dan perutku sampi ke pusarku, ia menyerangnya dengan mulutnya secara bertubi-tubi sehingga membuatku merasa geli dan semakin terangsang.

"Nis, aku sekalian buka semuanya yach....." pintanya sambil melepaskan sarung dan celana dalamku. Aku hanya mengangguk dan mebiarkannya menjamah seluruh tubuhku.

Sikap dan tindakan ibu majikanku itu membuat aku melupakan segalanya, baik masalah keluargaku, penderitaanku, tujuan utamaku maupun status dan hubunganku dengan majikannya. Yang terpikir hanyalah bagaimana menikmati seluruh tubuh ibu majikanku, termasuk menusuk lubang kemaluannya dengan tongkatku yang sangat tegang itu.

"Bagaimana Nis....? enak yach?" tanyanya ketika ia berhenti sejenak menjilat dan memompa tongkatku dengan mulutnya. Lagi-lagi aku hanya mampu mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya. Ia mengisap dan menggelomoh penisku dengan lahapnya bagaikan anjing makan tulang.

"Aduhhh...akhhh...uuuhhhh...." suara itulah yang mampu kukeluarkan dari mulutku sambil menjambak rambut kepalanya.

"Ayo Nis....cepat masukkan inimu ke lubangku, aku sudah tak mampu menahan nafsuku lagi sayang,," pintanya sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur dan tidur terlentang sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya untuk memudahkan penisku masuk ke kemaluannya.


Aku tak berpikir apa- apa lagi dan tak mengambil tindakan lain kecuali segera mengangkangi pinggulnya, lalu secara perlahan menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vaginya yang menganga lagi basah kuyup itu.


Senti demi senti tanpa sedikitpun kesulitan, penisku menyerobot masuk hingga amblas seluruhnya ke lubang kenikmatan ibu majikanku itu. Mula-mula aku gocok, tarik dan dorong keluar masuk secara pelan, namun semakin lama semakin kupercepat gerakannya,sehingga menimbulkan suara aneh seiring dengan gerakan pinggul kami yang seolah bergerak/bergoyang seirama.


"Plag..pliggg....ploggg,,,decak...decikkk..dec ukkk k" Bunyi itulah yang terdengar dari peraduan antara penisku dan lubang vagina ibu majikanku yang diiringi dengan nafas kami yang terputus-putus, tidak teratur dan seolah saling kejar di keheningan malam itu.


Aku yakin tak seorangpun mendengarnya karena semua orang di rumah itu pada tidur nyenyak, apalagi kamar tempat kami bergulat sedikit berjauhan dengan kamar lainnya, bahkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.00-12.00 malam.

"Bu...bu.....aku ma..mau..kkk" belum aku selesai berbisik di telinganya, ibu majikanku tiba-tiba tersentak sambil mendorongku, lalu berkata:

"Tunggu dulu. Tahan sebentar sayang" katanya sambil memutar tubuhku sehingga aku terpaksa berada di bawahnya. Ternyata ia mau merubah posisi dan mau mengangkangiku. Setelah ia masukkan kembali penisku ke lubangnya, ia lalu lompat-lompat di atasku sambil sesekali memutar gerakan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Akibatnya suara aneh itu kembali mewarnai gerakan kami malam itu "decik...decakkk..decukkk".

Setelah beberapa menit kemudian ibu majikanku berada di atasku seperti orang yang naik kuda, ia nampaknya kecapean sehingga seluruh badannya menindih badanku dengan menjulurkan lidahnya masuk ke mulutku.

Aku kembali merasakan desakan cairan hangat dari batang kemaluanku seolah mau keluar.

Aku merangkul punggung ibu majikanku dengan erat sekali.


"Akk..aakuuu tak mampu menahan lagi bu'. Aku keluarkan saja bu...yah" Pintaku ketika cairan hangat itu terasa sudah diujung penisku dan tiba-tiba ibu majikanku kembali tersentak dan segera menjatuhkan badannya di sampingku sambil terlentang, lalu meraih kemaluanku dan menggocoknya dengan keras serta mengarahkannya ke atas payudaranya. Cairan hangat yang sejak tadi mendesakku tiba-tiba muncrat ke atas dada dan payudara ibu majikanku. Iapun seolah sangat menikmatinya. Tarikan nafasnya terdengar panjang sekali dan ia seolah sangat lega.

Tindakan ibu majikanku tadi sungguh sangat terkontrol dan terencana. Ia mampu menguasai nafsunya. Maklum ia sangat berpengalaman dalam masalah sex.

Terbukti ketika spermaku sudah sampai di ujung penisku, ia seolah tau dan langsung dicabutnya kemudian ditumpahkan pada tubuhnya. Entah apa maksudnya, tapi kelihatannya ia cukup menikmati.

"Nis,, anggaplah ini hadiah penyambutan dariku. Aku yakin kamu belum pernah menerima hadiah seperti ini sebelumnya. Yah khan?" katanya seolah sangat puas dan bahagia ketika kami saling berdamping dalam posisi tidur terlentang. Setelah berkata demikian, ia lalu memelukku dan mengisap-isap bibirku, lalu berkata:


"Terima kasih yah Nis atas bantuanmu mau memijit tubuhku. Mulai malam ini, Kamu kujadikan suami keduaku, tapi tugasmu hanya menyenangkan aku ketika suamiku tidak ada di rumah. Mau khan?" katanya berbisik.

"Yah,,bu'. Malah aku senang dan berterima kasih pada ibu atas budi baiknya mau menolongku. Terima kasih banyak juga bu'" jawabku penuh bahagia, bahkan rasanya aku mulai sedikit terangsang dibuatnya, tapi aku malu mengatakannya pada ibu majikanku, kecuali jika ia memintanya.

Sejak saat itu, setiap majikan laki-lakiku bermalam di luar kota, aku dan ibu majikanku seperti layaknya suami istri, meskipun hanya berlaku antara jam 21.00 sampai 5.00 subuh saja. Sedang di luar waktu itu, kami seolah mempunyai hubungan antara majikan dan buruh di rumah itu. Aku sangat disayangi oleh seluruh anggota keluarga majikanku karena aku rajin dan patuh terhadap segala perintah majikan, sehingga selain aku diperlakukan layaknya anak atau keluarga dekat di rumah itu, juga aku dibiayai dalam mengikuti pendidikan pada salah satu perguruan tinggi swasta di kota Makassar, bahkan aku diberikan sebuah kendaraan roda dua untuk urusan sehari-hariku.


Sayang aku dikeluarkan dari perguruan tinggi itu pada semester 3 disebabkan aku tidak lulus pada beberapa mata kuliah akibat kemalasanku belajar dan masuk kuliah.

Karena aku sangat malu dan berat pada majikan laki-lakiku atas segala pengorbanan yang diberikan padaku selama ini, terpaksa aku meninggalkan rumah itu tanpa seizin mereka dan aku kembali ke kota Bone untuk melanjutkan pendidikanku pada salah satu perguruan tinggi yang ada di kotaku tersebut. Untung aku punya sedekit tabungan, karena selama kurang lebih 2 tahun tinggal bersama majikanku, aku rajin menabung setiap diberikan uang oleh majikanku.


Selama 4 tahun mengikuti kuliah di kotaku ini,akhirnya aku lulus dengan predikat baik berkat ketekunan dan kerajinanku belajar.

READ MORE - Istri Majikan 2

Thursday, March 17, 2011

Bercinta dgn Tante Nita

Posted by solusisehat | 8:33 AM | Tante Girang Nimatnya Bercinta dengan Ibu Kostku......
Tante Nita

Apa yang akan kuceritakan ini terjadi beberapa tahun yang lalu, sewaktu aku masih kuliah sebagai mahasiswa teknik di Bandung tahun 90-an. Kejadiannya sendiri akan kuceritakan apa adanya, tetapi nama-nama dan lokasi aku ubah untuk menghormati privasi mereka yang terlibat.

Menginjak tahun kedua kuliah, aku bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan.

Setelah "hunting" yang cukup melelahkan akhirnya aku mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman di daerah Dago Utara. Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa paviliun yang terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yang bagian depan diisi oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yang bagian belakang, dekat dengan rumah utama.

Bapak kosku, Om Rahmat adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Nita, wanita yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya sekitar 163 cm dengan perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Untuk ukuran seorang wanita dengan 2 anak, tubuh Tante Nita cukup terawat dengan baik dan tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Nita rajin ikut kelas aerobik.

Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir tahun ajaran. Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Rahmat agak jarang di rumah. Tapi Tante Nita cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena Sahat agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Nita akhirnya lebih akrab denganku. Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Nita....

"Doni, kamu masih ada kuliah hari ini?", tanya Tante Nita suatu hari.
"Enggak tante..." "Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?" "Oh, bisa tante..."

Tante Nita tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Nita. Di sepanjang jalan Tante Nita banyak mengeluh tentang Om Rahmat yang semakin jarang di rumah.

"Om Rahmat itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana..." "Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga," kataku mencoba menghibur.

"Ah..Doni, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om."

Tiba-tiba tangan Tante Nita menyentuh paha kiriku dengan lembut, "Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki... tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli."

Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Nita menatapku dengan tersenyum. Tante Nita terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Nita tersinggung atau disangka kurang ajar. Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Nita tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.

"Don, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir... kamu bisa tolong pijitin tante khan?" katanya sambil menutup pintu mobil.

"Iya... sedikit-sedikit bisa tante," kataku sambil mengangguk.

Aku mulai merasa Tante Nita menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti. Setelah sampai di rumah, Tante Nita langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Nita langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Nita sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias. "

Doni sayang... tolong ambilkan handuk dong..." nada suara Tante Nita mulai manja.

Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Nita secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Nita sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante Nita dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Nita hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.

"Nah, sekarang kamu pijitin tante ya... ini pakai body-lotion..." katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur.

Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Nita dan mulai memijit daerah punggungnya.

"Tante, bagian mana yang sakit..." tanyaku berlagak polos.
"Semuanya sayang... semuanya... dari atas sampai ke bawah.
"Bagian depan juga sakit lho...nanti Doni pijit ya..." kata Tante Nita sambil tersenyum nakal.

Aku terus memijit punggung Tante Nita, sementara itu aku merasakan penisku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Nita dengan aktif. Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang wanita. Meskipun demikian dari film-film BF yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yang harus kuperbuat... dan yang paling penting ikuti saja naluri...

"Tante sayang..., tali BH-nya boleh kubuka?" kataku sambil mengelus pundaknya.

Tante Nita menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Nita sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta. Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya... ahh lembut dan empuk. Tante Nita bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat.

Tante Nita dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar vaginanya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh vagina wanita dewasa... Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Nita. Sekarang tubuh Tante Nita tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun... sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku.

Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Nita mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.

"Mmhh... Doni... kamu nakal ya..." katanya.
"Tapi tante suka khan...?"
"Mmhh.. terusin Don... terusin... tante suka sekali."

Jariku terus bergerilya di belahan vaginanya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Nita.

Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Nita. Kukecup leher Tante Nita dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi.

Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Nita pandai merawat tubuhnya.

Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan vaginanya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.

"Tante seksi sekali..." kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah. "Ah.. bisa aja kamu merayu tante... kamu juga seksi lho Don... lihat tuh burungmu sudah siap tempur... ayo jangan bengong gitu... terusin pijat seluruh badan tante....," kata Tante Nita sambil tersenyum memperhatikan penisku yang sudah mengeras dan mendongak ke atas.

Aku mulai menjilati payudara Tante Nita sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan vagina dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Nita tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan penisku.

Aku ingin sekali menjilati kewanitaan Tante Nita seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Nita. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan vaginanya tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Nita yang sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas vaginanya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah vagina Tante Nita. Kujilati bibir vaginanya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang vaginanya yang terasa lembut dan basah.

"Mmhhh.. aahhh" desahan nikmat keluar dari mulut Tante Nita saat lidahku menjilati klitorisnya.

Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas vagina wanita dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Nita terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang vaginanya.

"Aduuh.. Donii... enak sekali sayang... iya sayang... yang itu enak.. emmhh .. terus sayang... pelan-pelan sayang... iya... gitu sayang... terus.. aduuh.. aahh... mmhh.." katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya.

Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Nita mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.

"Doni.. Tante mau keluaar... aah.. uuh..aahh...oooh.... adduuh... sayaaang... Doniiii.... terus jilat itu Don... teruus... aduuuh... aduuuh...tante keluaaar..." bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan vaginanya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya.

Beberapa saat tubuh Tante Nita meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir vaginanya yang merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.

"Doni.. enak banget.... sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini..." katanya perlahan sambil membuka mata.

Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Nita, kubelai rambut Tante Nita lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Nita sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba penisku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.

"Doni sayang... sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya..." katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku.

Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menjilati penisku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala penisku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya... tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh penisku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Nita mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya penisku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Nita sungguh luar biasa, sementara dia mengulum penisku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan penisku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam vagina Tante Nita. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya vagina seorang wanita untuk pertama kali....

"Tante... Doni pengen masukin ke punya tante... " kataku sambil mencoba melepaskan penisku dari mulutnya. Tante Nita mengangguk setuju, lalu ia membiarkan penisku keluar dari mulutnya.

"Terserah Doni sayang... keluarin aja semua isinya ke dalam veggie tante... tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini...."

Perlahan kurebahkan Tante Nita disebelahku, Tante Nita langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan penisku masuk. Samar-samar kulihat belahan vaginanya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan vaginanya dan tampaklah lubang vagina Tante Nita yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu....

Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang vaginanya. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menggerak-gerakkan pinggulnya,

"Doni sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap..."

Kuarahkan penisku yang sudah mengeras ke lubang vaginanya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita yang hangat. Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk memasukkan penisku. Rupanya Tante Nita menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum.....

"Ini pengalaman pertama ya Don...."
"Iya tante...." jawabku malu-malu.
"Tenang aja... nggak usah buru-buru... tante bantu..." katanya sambil memegang penisku.

Diarahkannya kepala penisku ke dalam lubang vaginanya sambil tangan yang lain membuka bibir vaginanya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan...masuklah kepala penisku ke dalam vaginanya. Rasanya hangat dan basah.... sensasinya sungguh luar biasa. Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh penisku ke dalam vagina Tante Nita, aah.. nikmatnya.

"Aaahh...Donii.. eemh..." Tante Nita berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama.

Sekalipun sudah diatas 40 tahun vagina Tante Nita masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram penisku. Aku merasakan vaginanya seperti meremas penisku dengan gerakan yang berirama. Luar biasa nikmat rasanya....

Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Nita juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar....

Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa... maklumlah ini pengalaman pertamaku... kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.

"Tante...Doni sudah hampir keluar.... aaah...uuh..." kataku berusaha keras menahan diri. "Terusin aja Don... kita barengan yaa.... tante juga udah mau keluar... aahh... Doni... tusuk yang kuat Don... tusuk sampai ujung sayang... mmhh...." Kata-kata Tante Nita membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan penisku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam vaginanya.
"Aduuh...Doni udah nggak tahan lagi..." aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan penisku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam vagina Tante Nita.

Sementara itu Tante Nita juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.

"Ayoo Don... tante juga mau...ahhhh...ahhh kamu ganas sekali....... aaaahhh.... Doniii.... sekarang Don.... keluarin sekarang Don... tante udah nggak tahan...mmmhhh".

Tante Nita juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku. Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat...

"Tante...aaaa...aaaagh....Doni keluaaaar.....aagh.." aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Nita.

Bersamaan dengan itu Tante Nitapun mengalami puncak orgasmenya,

"Doniii.... aduuuh......tante jugaa....aaaah... I'm cumming honey... aaaahh.....aah...."

Kami berpelukan lama sekali sementara penisku masih tertanam dengan kuat di dalam vagina Tante Nita. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa.... aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya. Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik penisku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Nita yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah vaginanya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam Tante Nita. Tak lama kemudian Tante Nita membuka matanya dan tersenyum padaku,

"Gimana sayang...enak?" katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk.

Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.

"Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali "making-love". Soalnya waktu "fore-play" tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin penis tante tahu kalau kamu belum pengalaman. By the way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting seperti kamu. Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Don...?" Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak.

Tante Nita membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan penisku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Nita dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih penisku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.

"Sudah siap lagi sayang...? Sekarang tante mau di atas ya...?" katanya sambil mengangkangi aku.

Dibimbingnya penisku ke arah lubang vaginanya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar penisku langsung meluncur masuk ke dalam vagina Tante Nita yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Nita duduk diatas badanku dengan penisku terbenam dalam-dalam di vaginanya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.

"Aahh...Doni... penismu sampai ke ujung... uuh.... mmhh... aahhh" katanya mendesah-desah.

Gerakan Tante Nita perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat penisku terasa masuk begitu dalam di liang vaginanya. Pantat Tante Nita terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga penisku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat.

Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Nita. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Nita makin bergairah. Gerakan Tante Nita makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya... seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol...

"Doni... tante sudah mau keluar lagi.... aaah... mmmhh.. uuuughhh..."
"Ayoo tante... Doni juga udah nggak tahan..." Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Nita menekan seluruh berat badannya ke bawah dan penisku tertancap jauh ke dalam liang vaginanya sambil memuncratkan seluruh muatan...

Tangan Tante Nita mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Nita merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Nita karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun.

Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar... Tante Nita seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya. Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Nita, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang "horny" dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Nita dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Nita pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar.

Sebaliknya kalau Tante Nita yang "horny", dia tidak sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta. Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Nita tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Rahmat pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Nita justru mengharapkan Om Rahmat sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Nita.

Pernah suatu malam setelah Om Rahmat berangkat keluar kota, Tante Nita masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Nita sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam lagi. Bibir vaginanya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir.

Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Nita baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Nita belum merasa puas. Langsung saja kubuka celanaku dan penis yang sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Nita menanggapi tantangan penisku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir vaginanya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang vaginanya yang merekah merah.

"Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang....." katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu.

Karena aku rasa Tante Nita sudah sangat "horny", tanpa banyak basa-basi dan "foreplay" lagi aku langsung menancapkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Nita diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Nita membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Nita diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu.

Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Nita entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Nita hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara vaginanya begitu basah oleh lendir dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Nita.

Petualanganku dengan Tante Nita berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Rahmat mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Nita yang nafsu dan gairahnya seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah kepala lima.

Bisnis Luar Biasa====> http://www.dt88-network.info

READ MORE - Bercinta dgn Tante Nita